EXOTISME ICONIC  GENTING HIGHLAND MENYAPA STAIM TULUNGAGUNG

STAIMTA.AC.ID. Setelah berlangsungnya kegiatan penandatanganan MoU dan rihlah akademik di Masjid Al-Gufron yang sarat makna dan spiritualitas, rombongan akademisi, dosen, dan mahasiswa dari STAIM melanjutkan agenda perjalanan mereka menuju salah satu destinasi paling ikonik dan mempesona di Malaysia: Genting Highlands. Perjalanan ini bukan sekadar wisata biasa, melainkan sebuah pengalaman menyeluruh yang memadukan edukasi, eksplorasi, dan refleksi, mempertemukan dunia keilmuan dengan keindahan ciptaan Tuhan yang menakjubkan.

Dari Masjid Al-Gufron yang terletak di kawasan utara Malaysia, tidak jauh dari perbatasan Bukit Kayu Hitam, perjalanan menuju Genting Highlands dengan waktu tempuh kendaraan + 1 jam. Kendaraan melaju menyusuri jalan tol utama Malaysia, North-South Expressway (Lebuhraya Utara–Selatan), yang menghubungkan utara dan selatan Semenanjung Malaysia. Sepanjang perjalanan, rombongan disuguhi pemandangan pedesaan Melayu yang subur, ladang kelapa sawit yang membentang hingga ke kaki langit, perbukitan hijau, serta kota-kota kecil yang hidup dalam nuansa tradisi dan modernitas.

Perjalanan melewati suasana pegunungan danhutan yang sangat memukau. Banyak peserta yang menikmati momen ini untuk mengambil foto dari jendela kendaraan atau sekadar merekam video suasana jalanan yang tenang dan bersih. Dari Ipoh, perjalanan dilanjutkan ke arah selatan menuju Rawang, sebuah kota yang mulai terasa sebagai gerbang menuju daerah pegunungan. Di sinilah suasana mulai berubah; udara semakin sejuk, pohon-pohon semakin rimbun, dan awan-awan tampak lebih dekat seiring ketinggian yang bertambah.

Pagi hari menjelang siang, rombongan akhirnya tiba di kaki Genting Highlands, di kawasan Gohtong Jaya, yang merupakan titik utama pemberangkatan ke puncak. Di sinilah perjalanan memasuki babak baru. Rombongan beristirahat sejenak di terminal Gohtong Jaya untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan kereta gantung Genting Skyway, salah satu gondola terpanjang dan tertinggi di Asia Tenggara. Sensasi melayang di udara sambil menatap lembah dan hutan hujan tropis dari atas ketinggian menciptakan pengalaman yang tak terlupakan. Pepohonan hijau tampak seperti permadani alam yang menyejukkan mata, dan kabut tipis menyelimuti beberapa bagian bukit, menghadirkan nuansa magis yang menenangkan jiwa. Di kejauhan, bangunan-bangunan modern Genting Highlands mulai tampak, berdiri megah di atas puncak bukit dengan latar langit yang mulai berwarna keemasan menjelang senja.

Sesampainya di puncak, udara dingin menyambut rombongan dengan kelembutan. Suhu di Genting Highlands bisa mencapai 16–22 derajat Celsius, bahkan lebih rendah saat malam atau dini hari. Udaranya bersih, sejuk, dan segar, sangat kontras dengan udara panas dan lembap yang biasa dirasakan di dataran rendah. Kabut tipis melayang-layang di antara bangunan dan pepohonan, menciptakan suasana seperti negeri dongeng. Genting Highlands yang terletak di ketinggian sekitar 1.800 meter di atas permukaan laut adalah destinasi wisata pegunungan paling terkenal di Malaysia. Dikenal sebagai “City of Entertainment”, kawasan ini menawarkan beragam atraksi, mulai dari taman hiburan indoor dan outdoor, kasino (bagi non-Muslim), pusat perbelanjaan, hotel berbintang, hingga arena pertunjukan seni.

Rombongan diajak terlebih dahulu mengunjungi Skytropolis Indoor Theme Park, sebuah taman hiburan dalam ruangan yang luas dan penuh warna. Meskipun tidak semua peserta mencoba wahana, namun suasananya sangat meriah dengan lampu-lampu neon, suara tertawa anak-anak, dan dekorasi futuristik. Beberapa peserta memanfaatkan waktu untuk berjalan-jalan santai, mencoba permainan ringan, atau sekadar menikmati suasana yang penuh energi positif. Setelah itu, peserta menuju SkyAvenue Mall, pusat perbelanjaan modern yang menawarkan berbagai toko, restoran, dan tempat nongkrong dengan desain arsitektur terbuka yang menghadap ke pegunungan. Di sini, nuansa modern bertemu dengan keindahan alam, menciptakan kombinasi harmonis antara gaya hidup kontemporer dan ketenangan pegunungan. Banyak dari peserta yang memanfaatkan momen ini untuk berfoto bersama, mengabadikan senyum dan canda dalam suasana santai.

Namun yang paling memukau bukan hanya taman hiburan atau pusat belanja, melainkan ketika rombongan menyaksikan Chin Swee Caves Temple, sebuah kompleks kuil tua yang terletak di sisi tebing dan menawarkan pemandangan alam spektakuler. Dari sini, panorama bukit-bukit dan lembah hijau terbentang sejauh mata memandang, sering kali diselimuti awan tipis yang menambah keindahan dan kesakralan tempat tersebut. Meski merupakan tempat ibadah non-Muslim, para peserta mengapresiasi nilai budaya dan sejarah tempat itu, serta memanfaatkan suasana damainya untuk merenung dan menyatu dengan alam. Pemandangan dari area ini seperti lukisan hidup—pepohonan tropis yang menjulang, burung-burung beterbangan bebas, dan langit yang seakan bisa disentuh.

Setelah menikmati pemandangan, rombongan kemudian berkumpul di sebuah restoran halal di kawasan puncak untuk makan malam bersama. Menu khas Malaysia seperti nasi lemak, rendang ayam, dan teh tarik disajikan hangat-hangat dalam suasana kekeluargaan. Makan siang ini menjadi hari yang sempurna: makanan lezat, udara dingin, dan cerita-cerita hangat dari sesama peserta tentang pengalaman mereka selama perjalanan. Obrolan yang mengalir santai menciptakan jalinan ukhuwah yang semakin erat, memperkuat hubungan antara lembaga dan individu yang sebelumnya mungkin belum saling mengenal dekat.

Perjalanan ke Genting Highlands ini tidak hanya memberi hiburan, tetapi juga memberi ruang bagi peserta untuk menyegarkan pikiran dan jiwa. Dalam dunia akademik yang penuh jadwal dan tanggung jawab, momen seperti ini menjadi oase untuk merefleksikan perjalanan hidup, mempererat kerja sama, dan mengisi kembali semangat dalam suasana alam yang luar biasa. Banyak dari peserta yang mengungkapkan kekaguman atas bagaimana Malaysia mampu menyelaraskan antara pelestarian lingkungan dan pengembangan wisata modern tanpa kehilangan jati diri budaya dan keberagamaan.

Perjalanan pulang dimulai malam hari dengan kembali turun melalui kereta gantung yang gemerlap diterangi lampu dari kota di kejauhan. Di dalam gondola, langit malam terbentang luas, dihiasi bintang-bintang yang jarang terlihat dari kota. Dari balik kaca, para peserta menyaksikan jejak-jejak cahaya dari jalan yang dilalui sebelumnya, seperti lintasan yang mengingatkan bahwa setiap langkah dalam perjalanan ini adalah bagian dari pembelajaran yang lebih besar—tentang makna kerja sama, keindahan ciptaan Tuhan, dan pentingnya waktu untuk menyeimbangkan antara tugas dan rehat.

City tour ke Genting Highlands setelah kegiatan di Masjid Al-Gufron memberikan pelengkap sempurna dalam rangkaian rihlah ini. Dari spiritualitas di masjid, keilmuan dalam diskusi MoU, hingga keindahan alam dan relaksasi di puncak pegunungan, semua berpadu menjadi satu pengalaman yang utuh. Bagi banyak peserta, inilah bentuk nyata dari perjalanan yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga membentuk sudut pandang baru tentang pentingnya menyatu dengan alam, membuka diri terhadap kebudayaan lain, serta merawat semangat belajar dalam suasana yang penuh inspirasi.

Setiap perjalanan memang berakhir, namun kenangan dari Genting Highlands tetap hidup dalam benak mereka yang telah mengalaminya. Ia menjadi cerita yang akan dibawa pulang ke tanah air, menjadi narasi yang diceritakan kepada teman, keluarga, bahkan kepada generasi penerus di kampus. Bahwa dalam sebuah rihlah akademik dan spiritual, selalu ada ruang untuk menemukan keindahan yang menenangkan hati, dan bahwa di balik gunung yang tinggi, ada pelajaran yang jauh lebih dalam daripada yang tampak di permukaan. (Soeripto)